Jumat, 18 Februari 2011

Selami Diri Siswa untuk mencetak siswa berkualitas


SELAMI DIRI SISWA
UNTUK MENCETAK SISWA YANG BERKUALITAS


Anak-anak yang merasa, atau dibuat tidak merasa, tidak diterima dan tidak kompeten akan lambat memulihkan rasa percaya diri dan, akibatnya, kemampuan mereka untuk memanfaatkan kesempatan belajar diperbesar yang disediakan sekolah tersebut bahkan mungkin berkurang, dalam kasus ekstrim, rusak dan tidak dapat diperbaiki lagi (Kajian Gordon Wells, 1986, The Meaning Makers: Children Learning Language and Using Language o Learn).
 Omar, seorang siswa kelas 4 SD terlihat murung didepan kelas. Selidik punya selidik teryata ia kecewa karena gagal mejadi juara dalam suatu competition. Omar yang memang mempunyai kemampuan dalam bidang tersebut, merasa juri pada lomba tersebut tidak adil. Hal yang dirasaka oleh Omar segera terbaca le Panitia, karena panitia yang terlibat adalah para guru yang mengerti akan “anak” maka setelah dipertimbangkan ternyata Omarlah yang menjadi juara Favorite. Dengan keputusan juri tersebut, dapat meningkatkan rasa percaya diri Omar serta dapat menigkatkan talenta Omar.

Kebanyakan guru-guru berpikir bahwa muridlah yang harus menyukai gurunya, mau tidak mau, mereka—para murid, harus tunduk dan patuh, mengikuti setiap pelajaran yang diberikan, mengerjakan semua tugas dan menghormati gurunya. Tuntutan tersebut merupakan suatu keharusan yang harus dilakukan oleh siswa sebagai bentuk kedisplinan.

Untuk menciptakan proses belajar-mengajar diperlukan suatu bentuk kerjasama team antara guru , siswa dan orangtua siswa. Sebagai guru kita harus membangun hubungan yaitu dengan menjalin simpati dan saling pengertian.
Hubungan membangun jembatan menuju kehidupan bergairah siswa, membuka jalan memasuki dunia-baru siswa, mengetahui minat mereka, berbagi kesuksesan dengan mereka dan berbicara dengan halus dengan mereka. Membina hubungan bisa memudahkan kita melibatkan siswa, memudahkan kita mengelola kelas, memperpanjang fokus belajar dan meningkatkan kegembiraan tidak hanya bagi siswa juga bagi kita sendiri.

Membuka komunikasi antara guru dan siswa yang tidak sekedar hanya sebagai basa-basi semata, tetapi secara jujur dan tulus, menciptakan kegembiraan dan mengubah sikap negatif siswa dan terpenting adalah menyiapkan siswa untuk terus belajar.

Siswa biasanya menciptakan suatu bentuk ketidaksukaan, rasa cemas, benci dan sebagainya bila berhadapan dengan guru-guru yang dianggap tidak bersahabat. Mereka menyebutnya sebagai "guru killer" atau menyebut dengan istilah tertentu, efeknya pelajaran yang diajarkan pun dianggap tidak menarik lagi, membosankan, gairah untuk belajar menjadi lenyap.

Tanggapan dan interaksi guru terhadap siswa sangat berpengaruh terhadap kelanjutan proses belajar anak, bila guru menghargai setiap usaha dan keberadaan siswa sebagai manusia yang sederajat maka akan menjadi umpan balik yang positif untuk kelangsungan belajar siswa.

Pengalaman-pengalaman perlakuan guru yang tidak menyenangkan, akan terus disimpan dalam memori otak anak sebagai cambuk yang menghambat otaknya untuk berprestasi.


Belumlah terlambat bagi kita untuk mengubah sikap kita, memperlakukan siswa-siswa kita,menjadi lebih baik dan lebih dihargai, bila kita dulunya tidak pernah tersenyum sampai akhir semester, saatnya kita mengubahnya, perhatikan perubahan reaksi siswa-siswa kita, semuanya akan lebih senang mengikuti pelajaran kita. Tidak ada lagi kata pelajaran yang membosankan, semuanya adalah menyenangkan.


Ummi Jiilan & Najla: Efek Minum Air Panas Bagi Jantung

Ummi Jiilan & Najla: Efek Minum Air Panas Bagi Jantung