Senin, 19 Maret 2012

Berlapang dada menerima kritik


Berlapang dada dalam menerima Kritik

Hari-hari maunya berjalan lancar dan menyenangkan, semua rencana berjalan baik, namun ada kalanya hal sebaliknya yang terjadi. Jangan bersedih. Percayalah, setelah kesulitan ada kemudahan. Kalau kita bisa bersikap wajar atas segala puja-puji dan penghargaan, tentunya kita bisa berlapang dada menghadapi kritik sepedas apapun, semenusuk apapun, sekalipun yang setajam pedang.
Jangan bersedih saat dikritik. Jangan emosional. Jangan reaksional. Jangan sampai kritik membuat kita lemah dan patah semangat. Jangan sampai kritik mengoyak rasa percaya diri. Jangan sampai kritik membunuh kita. Hadapi kritik dengan kepala dingin dan pikiran jernih.
Kritik adalah perintah untuk memperbaiki diri. Kritik adalah obat untuk membuat pikiran lebih sehat. Kritik adalah pemicu untuk mengasah kreativitas. Kritik adalah pemberitahuan bahwa kita harus belajar lebih baik lagi, bekerja lebih baik lagi, bersikap lebih baik lagi, bertindak lebih baik lagi.
Kalau kita masih sedih juga atas penilaian seseorang kepada kita, ambillah jeda, ambil waktu sejenak untuk diri kita, cari kekuatan di dalam diri kita. Dengan rendah hati, katakan pada diri kita memang harus ada yang harus kuperbaiki, memang ada yang harus kulakukan lebih untuk menambah kualitasku, lalu bangkitlah dari kesedihan, berdiri tegaklah, carilah, belajarlah, bertanyalah, agar dirimu menjadi lebih berkualitas dari sebelumnya.
Dalam menerima kritik, kita memerlukan beberapa trik, sehingga kita bisa menerima kritik tersebut sebagai sarana membangun kemuliaan. Bagaimana caranya?
 Pertama, rindukanlah kritik dan nasihat tersebut. Selayaknya, kita bisa memposisikan diri menjadi orang yang rindu dikoreksi, dan rindu dinasihati. Seperti rindunya kita melihat cermin agar penampilan kita selalu bagus. Persepsi kita terhadap kritik akan lebih baik bila kita menanamkan di dalam hati bahwa kritik itu penting. Kritik adalah kunci kesuksesan dan kemajuan, kritik akan membuka prestasi, derajat, dan kedudukan yang lebih baik.

Kedua, cari dan bertanyalah. Belajarlah bertanya kepada orang lain dan nikmati saran-saran yang mereka lontarkan. Milikilah teman yang mau dengan jujur untuk saling mengoreksi. Tanyalah kekurangan diri pada orang-orang yang dekat dengan kita. Percayalah, semua itu tidak akan mengurangi kemuliaan.
 Ketiga, nikmati kritik. Persiapkan diri untuk menerima kenyataan bahwa koreksi itu tidak selalu harus sesuai dengan keinginan kita. Ada kalanya isinya benar, namun caranya salah. Tidak ada yang rugi dengan dikoreksi. Jadi, kalau ada yang mengkritik, usahakan untuk tidak berkomentar. Jangan memotong pembicaraan. Apalagi membantahnya. Belajarlah untuk diam dan menjadi pendengar yang baik.

Keempat, syukurilah. Jangan melempar komentar apapun kecuali ucapan terimakasih yang tulus kepada si pemberi kritik. Tampakkanlah raut muka yang sungguh-sungguh dan penuh perhatian. Sertakan namanya dalam doa-doa kita, terutama bila kita ingat akan kebaikan-kebaikan yang pernah ia berikan.
Kelima, evaluasi diri. Jujurlah kepada diri sendiri ketika menerima kritik. Jangan sibuk menyalahkan pengkritik, atau mencari kambing hitam dengan menyalahkan orang lain.

Keenam, perbaiki diri. Buatlah program perbaikan dengan sungguh-sungguh. Jadikan program tersebut sebagai ungkapan rasa syukur terhadap kritik yang datang. Mintalah kepada Allah, sebab perubahan hanya terjadi dengan izin dan kekuasaan Dia.
Ketujuh, balas budi. Jangan lupa untuk mengirimkan tanda terima kasih. Bisa berupa barang berharga, makanan, sepucuk surat, atau-minimal-informasi kepada yang mengkritik bahwa kita berterima kasih atas kebaikannya.