Kamis, 11 April 2013

Seorang ibu dimata Islam

Seorang ibu dimata islam


Seorang ibu sejati adalah seorang ibu yang dimuliakan oleh Allah SWT. Peran menjadi seorang ibu sejati begitu berat dan melelahkan, namun itu semua tidak dirasakannya karena cintanya yang tulus kepada anaknya. sejak mulai mengandung, ibu sejati harus bersusah payah saat beraktifitas sampai proses melahirkan

Maafkan aku Ibu....


MAAFKAN AKU IBU .... 

Alkisah di sebuah desa, ada seorang ibu yang sudah tua, hidup berdua dengan anak satu-satunya, suaminya sudah lama meninggal karena sakit,
Sang ibu sering kali merasa sedih memikirkan anak satu-satunya.
Anaknya mempunyai tabiat yang sangat buruk yaitu suka mencuri, berjudi, mengadu ayam dan banyak lagi

Ibu itu sering menangis meratapi nasibnya yang malang, Namun ia sering berdoa memohon kepada Tuhan: “Tuhan tolong sadarkan anakku yang kusayangi, supaya tidak berbuat dosa lagi.
Aku sudah tua dan ingin menyaksikan dia bertobat sebelum aku mati”, namun semakin lama si anak semakin larut dengan perbuatan jahatnya, sudah sangat sering ia keluar masuk penjara karena kejahatan yang dilakukannya


Suatu hari ia kembali mencuri di rumah penduduk desa, namun malang dia tertangkap, Kemudian dia dibawa ke hadapan raja utk diadili dan dijatuhi hukuman pancung

pengumuman itu diumumkan ke seluruh desa, hukuman akan dilakukan keesokan hari di depan rakyat desa dan tepat pada saat lonceng berdentang menandakan pukul enam pagi,
Berita hukuman itu sampai ke telinga si ibu dia menangis meratapi anak yang dikasihinya dan berdoa berlutut kepada Tuhan “Tuhan ampuni anak hamba, biarlah hamba yang sudah tua ini yang menanggung dosa nya”, dengan tertatih tatih dia mendatangi raja dan memohon supaya anaknya dibebaskan,
Tapi keputusan sudah bulat, anakknya harus menjalani hukuman,
Dengan hati hancur, ibu kembali ke rumah Tak hentinya dia berdoa supaya anaknya diampuni, dan akhirnya dia tertidur karena kelelahan Dan dalam mimpinya dia bertemu dengan Tuhan

Keesokan harinya, ditempat yang sudah ditentukan, rakyat berbondong2 manyaksikan hukuman tersebut Sang algojo sudah siap dengan pancungnya dan anak sudah pasrah dengan nasibnya

Terbayang di matanya wajah ibunya yang sudah tua, dan tanpa terasa ia menangis menyesali perbuatannya Detik-detik yang dinantikan akhirnya tiba
Sampai waktu yang ditentukan tiba, lonceng belum juga berdentang sudah lewat lima menit dan suasana mulai berisik, akhirnya petugas yang bertugas membunyikan lonceng datang

Ia mengaku heran karena sudah sejak tadi dia menarik tali lonceng tapi suara dentangnya tidak ada

Saat mereka semua sedang bingung, tiba2 dari tali lonceng itu mengalir darah Darah itu berasal dari atas tempat di mana lonceng itu diikat
Dengan jantung berdebar2 seluruh rakyat menantikan saat beberapa orang naik ke atas menyelidiki sumber darah

Tahukah anda apa yang terjadi?


Ternyata di dalam lonceng ditemui tubuh si ibu tua dengan kepala hancur berlumuran darah, dia memeluk bandul di dalam lonceng yang menyebabkan lonceng tidak berbunyi, dan sebagai gantinya, kepalanya yang terbentur di dinding lonceng, seluruh orang yang menyaksikan kejadian itu tertunduk dan meneteskan air mata, sementara si anak meraung raung memeluk tubuh ibunya yang sudah diturunkan menyesali dirinya yang selalu menyusahkan ibunya Ternyata malam sebelumnya si ibu dengan susah payah memanjat ke atas dan mengikat dirinya di lonceng Memeluk besi dalam lonceng untuk menghindari hukuman pancung anaknya.

(Sumber: E-Mail Berantai & fp Istri Sholehah)
Terlepas dari kisah diatas nyata atau tidak.. yg jelas seorang ibu kasih sayangnya tida batasnya..
Semoga dapat menjadi bahan renungan tuk kita.. aamiin

Wahai Wanita, Kau Pondasi Rumah Tanggamu Sendiri, Maka Kuatkan Dirimu▬

Wahai para wanita, dalam kelemahan fisik dan halusnya perasaanmu, namun tiada terperi kekuatanmu dalam rumah tangga. Kau lah pondasi rumah tanggamu sendiri, yang jika kau lalai, maka bangunan rumah tangga itu akan roboh dan menimpa seluruh keluargamu. Maka hentikan tindakan egoismu, yang mengutamakan kebahagiaanmu sendiri. Percayalah, melayani bukan berarti menjadikan kau pelayan, namun berarti adalah memuliakanmu sebagai wanita yang berbudi dan berakhlak mulia.

Jangan umbar tangisanmu, walaupun kau berhak untuk menangis. Karena jika kau merasa susah terhadap sesuatu, maka bukan hanya dirimu yang akan berduka. Lebih- lebih para suami yang akan lebih merasa karena kewajiban mereka yang memang harus membahagiakanmu. Sampaikan saja seluruh keluh kesahmu kepada yang Maha menyelesaikan dan maha mempunyai jalan keluar, Allah subahanahu wata`ala.

Jangan banyak meminta, walaupun dalam hal hakmu sekalipun jika memang sudah sedemikian sulit suamimu berjuang untuk keluarga.Ringankan bebannya walaupun sedikit. Jangan beratkan tanggung jawabnya walaupun hanya sekedar sikap burukmu yang hanya sesaat.

Bayangkan bagaimana suamimu harus menjawab pertangungan jawabnya kepada Allah atas sebuah ketidakberdayaannya dalam mendidikmu ?. hentikanlah sikap lalaimu sekarang juga.

Jangan banyak mengeluh, sampaikan saja kekurangan dan protes yang ada pada diri suamimu dengan halus, sehalus kau ingin diperlakukan olehnya. Karena rumah tangga adalah tentang komunikasi dan bekerjasama, dan bukan ajang tuntut menuntut, apalagi merinci kekurangannya. Seperti halnya kaupun tak ingin hanya dilihat dari sisi kekuranganmu saja bukan?

Jangan perlihatkan sakitmu kepada sembarang telinga. Karena tiada manusia yang bisa seratus persen dapat dipercaya. Maukah kau saat ternyata orang yang kau percaya justru memanfaatkan sesuatu yang telah kau ceritakan dan kemudia menusukmu dari belakang. InsyaAllah tidak ada yang lebih mengasihimu kecuali Tuhanmu. Maka sampaikan kepadanya segala keluh kesah dan sakitmu, kepadanya, maka akan kau temukan sejatinya obat batinmu yang luka. 

Wahai para wanita, dalam kelemahan fisik dan halusnya perasaanmu, namun tiada terperi kekuatanmu dalam rumah tangga. Kau lah pondasi rumah tanggamu sendiri, yang jika kau lalai, maka bangunan rumah tangga itu akan roboh dan menimpa seluruh keluargamu. Maka hentikan tindakan egoismu, yang mengutamakan kebahagiaanmu sendiri. Percayalah, melayani bukan berarti menjadikan kau pelayan, namun berarti adalah memuliakanmu sebagai wanita yang berbudi dan berakhlak mulia.

Maka kuatkanlah batinmu sekuat yang kau bisa, karena keluargamu membutuhkanmu untuk menguatkan mereka. Dan jika semua sudah diluar kemampuanmu, maka jangan pernah bersandar kepada manusia dalam menguatkan dirimu sendiri. Percayalah, saat kau melayani keluargamu karena Allah, maka Allahpun tak akan menyia- nyiakan mu, dan kau akan lebih terlayani oleh kebaikanNya. InsyaAllah